PEMAKAIAN
TANDA BACA
A.
Tanda
Titik (.)
- Dipakai
pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
·
Ayahku
Tinggal di Solo.
·
Biarlah
mereka duduk di sana.
·
Dia
menanyakan siapa yang akan datang.
Catatan
:
Tanda
titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirannya sudah bertanda
titik.
·
Buku
itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
·
Dia
mengatakan, “ kaki saya sakit.”
- Dipakai
di belakang angka atau huruf dalam sebuah ikhtisar atau daftar.
Misalnya
:
·
III.
Departemen Pendidikan Nasional
A.
Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi
B.
Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
·
1. Patokan Umum
1.1
Isi
Karangan
1.2
Ilustrasi
Catatan:
Tanda
titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu daftar atau
ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka
atau huruf.
3.
Dipakai
untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya:
·
Pukul
1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Catatan:
Penulisan angka pada waktu dapat
mengikuti salah satu cara berikut.
·
Penulisan
waktu dengan angka dalam sistim 12 dapat dilengkapi dengan pagi, siang, sore, atau malam.
Misalnya:
·
Pukul
9.00 pagi
·
Pukul
5.00 sore
Penulisan
waktu dengan angka dalam sistim 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang,
atau malam.
Misalnya
·
Pukul
00.45
·
Pukul
17.00
4.
Dipakai
untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu.
Misalnya:
·
1.35.20
(1 jam, 35 menit, 20 detik)
·
0.20.30
(20 menit, 30 detik)
5.
Dipakai
dalam daftar pustaka di antara nama penulis,judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda Tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
·
Alwi,
Hasan, Soenjono Djardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920.
Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai
Pustaka.
Catatan:
Urutan unformasi daftar pustaka
tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
6.
Dipakai
untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukan jumlah.
Misalnya:
·
Desa
itu berpendudukk 24.200 orang.
·
Siswa
yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
Catatan:
·
Tanda
titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
tidak menunjukan jumlah.
Contoh: Dia lahir pada tahun 1956
di Bandung.
·
Tidak
dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala judul karangan atau kepala ilustrasi,
tabel, dan sebagainya.
Contoh: Salah Asuhan
·
Tidak
dipakai dibelakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan alamat
pengirim surat, (c) tanggal surat.
Contoh:
Adinda
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
21 April 2008
·
Pemisah
bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan sebagai berikut.
Rp 200.250,75 $ 50.000.50
8.750 8,750m
7.
Dipakai
pada penulisan singkatan. Misalnya: Bpk. bapak.
B.
Tanda Koma (,)
1.
Dipakai
di antara unsur-unsur dalam perincian pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
2.
Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang
satu dengan kalimat yang setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali.
Misalnya:
Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi
kau yang memilihkannya.
3.
Digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan datang.
Catatan:
Tanda koma tidak
dipakai jika anak kalimat itu mengikuti induk kalimat.
4.
Dipakai
di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat, seperti oleh karena itu, jadi,
dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
Misalnya:
Anak
itu rajin dan pintar. Oleh karena itu,
dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
Catatan:
Ungkapan
penghubung antarkalimat, seperti oleh
karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada
awal paragraf.
5.
Digunakan
untuk memisahkan tanda seru,seperti o,
ya, wah, aduh, dan kasihan, atau
kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari
kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Mengapa
kamu diam, Dik?
6.
Dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata
Ibu, “ Saya gembira sekali.”
7.
Dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam
kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“Dimana
Saudara tinggal?” Tanya Pak Guru.
8.
Dipakai
di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian kalimat, (c) tempat dan
tanggal, (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr.
Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Tokyo,
Jepang.
9.
Dipakai
untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan,
Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional.
Jakarta: Restu Agung.
10.
Dipakai
di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Alisjahbana,
S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 ( Jakarta: Pustaka Rakyat
,1950), hlm. 25.
11.
Dipakai
di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya
dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
Bambang
Irawan, S.H.
Ny.
Khadijah, M.A.
Siti
Khadijah M.A
12.
Dipakai
di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan
angka.
Misalnya:
12,5
m
27,3
kg
Rp
500,50
13.
Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan
yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Guru
saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
14.
Dapat
dipakai untuk menhindari salah baca atau salah pengertian – di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam
pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara
ini.
C.
Tanda
Titik Koma (;)
1.
Dipakai
sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
kalimat majemuk setara.
Misalnya:
Hari
sudah malam; anak-anak masih membaca buku-buku yang baru dibeli ayahnya.
2.
Digunakan
untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau
kelompok kata.sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
Misalnya:
Syarat-syarat
penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
(1)
Berkewarganegaraan
Indonesia;
(2)
Berijazah
sarjana s1 sekurang-kurangnya;
(3)
Berbadan
sehat;
(4)
Bersedia
di tempatkan di seluruh wilayah NKRI.
3.
Diguanakan
untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap
bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata penghubung.
Misalnya:
Ibu
membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang dan jeruk.
D.
Tanda
Titik Dua (:)
1.
Dipakai
pada akhir suatu prnyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita
sering memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan almari.
Catatan:
Titik
dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita
memerlukan kursi, meja, dan almari.
2.
Dipakai
sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
3.
Dipakai
dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu :”Bawa koper ini, Nak!”
Amir :”Baik,Bu.”
Ibu :”Jangan lupa. Letakkan baik-baik!”
4.
Dipakai
di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayatdalam kitab suci,
(c) judul dan anak judul suatu karangan, (d) nama kota dan penerbit buku acuan
dalam karangan.
Misalnya:
Surah
Yasin: 9
Dari Pemburu ke
Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
E.
Tanda
Hubung (-)
1.
Menyambung
suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di
samping cara lama diterapkan juga ca-
ra
baru.
2.
Menyambung
awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata
yang mendahuluinya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini
ada cara yang baru untuk meng-
ukur
panas.
3.
Digunakan
untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak
Berulang-ulang
4.
Menyambung
bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
8-4-2008
p-a-n-i-t-a
5.
Memperjelas
(a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan kelompok
frasa atau kelompok kata.
Misalnya:
Ber-evolusi
Karyawan
boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok.
6.
Dipakai
untuk merangkai:
a.
Se-
dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
b.
Ke-
dengan angka,
c.
Angka
dengan –an
d.
Kata
atau imbuhan dengan singkatan huruf kapital,
e.
Kata
ganti yang berbentuk imbuhan, dan
f.
Gabungan
kata yang merupakan kesatuan.
Misalnya:
Se-Indonesia
Hari-H
Peringkat ke-2
7.
Dipakai
untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
Di-smash
di-mark-up
F.
Tanda
Pisah ( -- )
1.
Dipakai
untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar
bangun utama kalimat
Misalnya:
Kemerdekaan itu – hak segala bangsa – harus
dipertahankan.
2.
Digunakan
untuk menegasakan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Gerakan pengutamaan Bahasa Indonesia – amanat Sumpah
Pemuda – harus terus ditingkatkan.
3.
Dipakai
di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai dengan’ atau
‘sampai ke’.
Misalnya:
Tahun 1928 – 2008
Tanggal 5 – 10 April 2008
Catatan:
·
Tanda
pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan keterangan tambahan di akhir
kalimat.
Misalnya:
Kita memerlukan alat
tulis – pena, pensil, dan kertas
·
Dalam
pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi
sebelum dan sesudahnya.
G.
Tanda
Tanya (?)
1.
Dipakai
pada akhir kalimat Tanya.
Misalnya:
Kapan dia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2.
Dipakai
dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Dia dilahirkan pada
tahun 1963 (?).
H.
Tanda
Seru (!)
1.
Dipakai
untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan atau emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya
taman laut ini!
Bersihkan kamar itu
sekarang juga!
I.
Tanda
Elipsis (…)
1.
Dipakai
dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu …, mari
kita laksanakan
2.
Dipakai
untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab
kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Pengetahuan dan
pengalaman kita …masih sangat terbatas.
Catatan:
1.
Tanda
elipsis didahului dan diakhiri dengan spasi
2.
Jika
bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai 4 tanda titik:
3 tanda titik untuk tanda ellipsis tersebut, 1 tanda titik untuk mengakhiri
kalimat.
3.
Tanda
elipsis di akhir kalimat tidak diikuti dengan spasi.
J.
Tanda
Petik (“ “)
1.
Dipakai
untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari percakapan, naskah, atau bahan
tertulis lain.
Misalnya:
“Saya belum siap,”
kata dia,”tunggu sebentar!”
2.
Dipakai
untuk mengapit judul puisi, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Pahlawanku”
terdapat pada halaman 5 buku itu.
3.
Dipakai
untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu
dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
Catatan:
1.
Tanda
petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
2.
Tanda
baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik
yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada akhir
kalimat.
3.
Ditulis
sama tinggi di sebelah atas baris.
4.
Tanda
petik (“) digunakan sebagai pengganti idem atau sda.
K.
Tanda
Petik Tunggal (‘ ‘)
1.
Dipakai
untuk mengapit petikan yang terdapat pada petikan lain.
Misalnya:
Tanya dia, “Kau dengar
bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
2.
Untuk
mengapit makna kata atau ungkapan
Misalnya:
Terpandai ‘paling’ pandai
3.
Untuk
mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
Feed-back ‘balikan’
L.
Tanda
Kurung (( ))
1.
Dipakai
untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Dia tidak membawa SIM
(surat uzin mengemudi)
Catatan:
Didahuli bentuk
lengkap setelah itu baru bentuk singkatnya.
2.
Untuk
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat
tabel 10) menunjukan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
3.
Untuk
mengapit kata atau huruf yang kehadiannya dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Pejalan kaki itu
berasal dari (Kota) Surabaya.
4.
Untuk
mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi yang
menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
Catatan:
Dapat dipakai untuk
mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah.
Misalnya:
1)
Buku,
2)
Pensil,
dan
3)
Tas
sekolah.
M.
Tanda
Kurung Siku ([ ])
1.
Untuk
mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat pada
naskah asli
Misalnya:
Ia memberi uang
[kepada] anaknya.
2.
Dipakai
untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses
ini (perbedaanya dibicarakan pada Bab II [lihat halaman 35 – 38]) perlu
dibentangkan di sini.
N.
Tanda
Garis Miring (/)
1.
Dipakai
di nomor dalam surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun
ajaran.
Misalnya:
No. 7/PK/2008
Tahun ajaran 2008/2008
2.
Sebagai
pengganti kata atau, tiap, ataupun.
Misalnya:
Dikirim lewat
darat/laut
Harganya
Rp1.500/lembar
Catatan:
Tanda garis miring
ganda ( // ) digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk
memudahkan pembacaan naskah.
O.
Tanda
Penyingkat atau Apostrof (‘)
Menunjukan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
Misalnya:
Malam ‘lah tiba. (‘lah: telah)
Dia ‘kan sudah kusurati. (‘kan: bukan)
1 Januari ’08 (’08: 2008)