PENGAJARAN
SINTAKSIS
Pengertian dari
beberapa istilah:
1.
Linguistik
Merupakan
seperangkat ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan cara penerapan metode-metode
ilmiah terhadap fenomena-fenomena bahasa (Hughes, 1968 : 11).
A
Posteriori
Metode
berfikir yang menjadi pijakan berfikir dari suatu ilmu pengetahuan.
Metode
ilmiahnya beroperasi atau bekerja melalui langkah-langkah berukut:
a. Mengumpulkan
data.
b. Mengklasifikasi
data.
c. Membentuk
hipotesis-hipotesis.
d. Memeriksa
dan menguji kebenaran hipotesis-hipotesis dengan bantuan data baru.
e. Menetapkan
prinsip-prinsip ilmiah baru yang konsekuen (Hughes, 1968 : 12).
Apriori
Metode
yang berkebalikan dengan a posteriori.
2.
Linguis (a scientific linguist, a linguistic scientist, atau a linguistician)
Adalah
seorang spesialis dalam linguistik, suatu studi sistematis atau telaah
bersistem mengenai struktur dan fungsi bahasa.
3.
Tata Bahasa
Secara
umum, linguistik (linguistik deskriptif) dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Fonologi
(phonology) yang meneliti fonem-fonem
dari urutan-urutan.
b. Tata
bahasa (grammar) yang menggarap
masalah-masalah morfem serta penggabungan-penggabungannya, mencakup morfologi dan sintaksis (Gleason, 1970 : 11).
4.
Sintaksis
Adalah
telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabungkan
kata menjadi kalimat (Stryker, 1969 : 21). Pendapat lain mengatakan bahwa
sintaksis merupakan analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya
mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas (Bloch and Tiger, 1942 : 71). Ada pula yang mengatakan bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frase dan
kalimat, itulah sintaksis (Ramlan,1976 : 57).
Dari
pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah salah satu
cabang tata bahasa yang menelaah struktur-struktur kalimat, klausa dan frase.
A. Kalimat
Satuan bahasa yang secara relatif dapat
berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang tediri dari klausa
(Cook, 1971 : 39-40).
Ø Ciri
utama kalimat:
a. Satuan
bahasa.
b. Secara
relatif dapat berdiri sendiri.
c. Mempunyai
pola intonasi akhir.
d. Terdiri
dari klausa.
Ø Klasifikasi
Kalimat
a. Berdasarkan
jumlah dan jenis klausa yang terdapat pada dasar
1. Kalimat
Tunggal
Merupakan kalimat yang terdiri dari satu
klausa bebas tanpa klausa terikat (Cook, 1971 : 38; Elson Pickett, 1969 : 123)
Misal:
Saya makan.
Nenek makan sirih.
Anak itu menangis.
2. Kalimat
Bersusun
Adalah kalimat yang terdiri dari satu
klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa
terikat (Cook, 1971 : 38).
Misal:
Saya bangun sebelum ayam berkokok.
Ibu senang kalau saya membawa oleh-oleh.
Kami gembira sebab ibu telah sembuh.
3. Kalimat
Majemuk
Adalah kalimat yang terdiri dari
beberapa klausa bebas.
Misal:
Dibukanya bajunya, lalu berjalanlah dia
di sawah.
Ayah mendengarkan siaran berita, saya
menyelesaikan pekerjaan rumah, dan adik-adik bermain-main di halaman.
b. Berdasarkan
struktur internal klausa utama
1. Kalimat
Sempurna
Ialah kalimat yang dasarnya terdiri atas
sebuah klausa bebas (Cook,1971 : 47). Kalimat ini mencakup kalimat tunggal,
kalimat bersusun, dan kalimat majemuk.
Misal:
Adik menyusu.
Ayah membaca koran.
Setelah dia kawin, saya melanjutkan
kuliah ke Bandung.
Anaknya dua orang, anak saya enam orang.
2. Kalimat
Tak Sempurna
Merupakan kalimat yang dasarnya terdiri
dari sebuah klausa terikat atau sama sekali tidak mengandung unsur klausa
(Cook, 1971 : 47).
Misal:
“Mau kemana kami nanti sore?”
“Ke Bandung.”
“Dengan siapa?”
“Teman.”
c. Berdasarkan
jenis responsi yang diharapkan
1. Kalimat
Pernyataan
Merupakan kalimat yang dibentuk untuk
menyiarkan informasi tanpa mengharapkan respon tertentu (Cook, 1971 : 38;39).
Misal:
Udara dingin.
Adik saya tiga orang.
Anak saya yang tertua kuliah di Jakarta.
2. Kalimat
Pertanyaan
Adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing reponsi berupa
jawaban (Cook, 1971 : 38 dan 49).
Misal:
Mengapa kamu diam saja?
Mahalkah harga sayur-mayur di sini?
Bolehkah saya ikut bersama kamu ke Danau
Toba?
3. Kalimat
Perintah
Merupakan kalimat yang dibentuk untuk
memancing responsi berupa tindakan atau perbuatan (Cook, 1971; 38 dan 49).
Misal:
Makan obat itu, Nur!
Berangkat!
Mari, bakar sampah itu!
d. Berdasrkan
sifat hubungan aktor-aksi
1. Kalimat
Aktif
Adalah kalimat yang subjeknya berperan
sebagai pelaku atau aktor (Cook, 1971 : 49)
Misal:
Saya membaca koran.
Kamu menyapu halaman.
Air sungai menggenangi daerah itu.
2. Kalimat
Pasif
Ialah kalimat yang subjekya berperan
sebagai penderita (Cook, 1971 :49).
Misal:
Kue itu dimakan oleh kakak.
Kakinya digigit ular.
Rahasia mereka diketahui oleh polisi.
3. Kalimat
Medial
Merupakan kalimat yang subjeknya
berperan sebagai pelaku maupun sebagi penderita (Cook, 1971 : 49)
Misal:
Aku menyesali nasibku.
Dia menghibur dirinya.
Saya memotong rambut saya senidiri.
4. Kalimat
Resiprokal
Adalah kalimat yang subjek dan objeknya
melakukan perbuatan yang berbalas-balasan (Cook, 1971 : 49).
Misal:
Kita harus tolong-menolong dengan
tetangga kita.
Si Jali baku tampar dengan si Rati.
Anak-anak sedang berkejar-kejaran di
halaman.
e. Berdasarkan
ada atau tidaknya unsur negatif pada frase verbal utamanya
1. Kalimat
Afirmatif (kalimat pengesahan)
Ialah kalimat yang pada frase verbal
utamanya tidak terdapat unsur negatif atau unsur penyangkalan (Cook, 1971 : 49).
Misal:
Dia membaca buku.
Murid-murid menyanyikan lagu Indonesia
Raya.
Orang kampung membuat jembatan baru.
2. Kalimat
Negatif (kalimat penyangkalan)
Merupakan kalimat yang pada frase verbal
utamanya terdapat unsur negatif atau unsur penyangkalan (Cook, 1971 : 49).
Misal:
Dia tidak
membaca buku.
Pak Hamid tidak menjual buah-buahan.
Pramuka tidak merusak lingkunagn hidup.
f. Berdasarkan
kesederhanaan dan kelengkapan dasar
1. Kalimat
Formata
Disebut juga kalimat-tersusun-rapi, adalah
kalimat tunggal dan sempurna, yang terdiri dari satu dan hanya klausa
bebas-suatu klausa yang menurut kriteria formal dapat berdiri sendiri dalam
bahasa tertentu, sebagai suatu kalimat sempurna (a major sentence). Rangkaian kalimat ini mengandung inti sebagai
suatu anak perangkat (sublet).
Kalimat inti (kernel sentence) adalah
kalimat yang sekaligus memnuhi lima ciri, yakni:
1. Tunggal
(simple).
2. Sempurna
(complete).
3. Pernyataan
(statement; declarative).
4. Aktif
(active).
5. Afirmatif
(affirmative).
Kalimat yang tidak memenuhi kelima ciri
tersebut dinamakan kalimat turunan (derived
sentence).
Kalimat Inti
|
Kalimat
Turunan
|
Tunggal
|
Bersusun, Majemuk
|
Sempurna
|
Tak Sempurna, Elips
|
Pernyataan
|
Pernyataan, Perintah
|
Aktif
|
Medial, Pasif
|
Afirmatif
|
Negatif
|
Misal:
Saya membaca puisi.
Pak Lurah menjelaskan tugas warga desa.
Orang itu memikul kayu api.
2. Kalimat
Trasformata
Adalah kalimat lengkap, tetapi bukan
kalimat tunggal. Mencakup kalimat bersusun dan kalimat majemuk. Kalimat-kalimat
tersebut merupakan kalimat lengkap kerena terdiri sekurang-kurangnya dari satu
klausa bebas, tetapi bukan merupakan bagian dari kalimat inti sebab bukan
kalimat tunggal.
Kalimat transformata dapat diturunkan dari
kalimat-kalimat tunggal dengan penerapan proses perangkaian dan penggabungan
(Cook, 1971 : 48-49).
Misal:
Ayah membeli mobil, lantas ia
menyewakannya kepada orang lain.
Saya mengambil roti, lalu saya
memberikannya kepada anak itu.
Kalau saya lulus ujian tentulah orang
tua saya sangat gembira.
3. Kaliamat
Deformata
Merupakan kalimat tunggal yang tidak
sempurna dan tidak lengkap. Meliputi struktur-struktur klausa terikat maupun
struktur-struktur nonklausa yang terjadi dalam suatu bahasa sebagai
kalimat-kalimat tipe minor.
Apabila struktur klausa itu partial,
maka kalimat deformta ini dapat diturunkan dari kalimat-kalimat tunggal dan
sempurna dengan proses pengguguran (delection)
(Cook, 1971 : 45).
Jenis kalimat yang termasuk dalam
kalimat deformata, yaitu:
1. Kalimat
Urutan
Merupakan kalimat sempurna yang
mengandung konjungsi (yang menyatakan bahwa kalimat itu merupakan bagian dari
kalimat lain) seperti maka, jadi, tetapi,
sedangkan, namun dan sebagainya (Tarigan, 1984 : 19).
Misal:
Jadi, ayah tidak mau lagi bertemu dengan
dia.
Walaupun begitu kelakuannya tetap tidak
berubah.
Sesudahnya saya tidak ingin lagi bergaul
dengan mereka.
2. Kalimat
Sampingan
Ialah kalimat tidak sempurna yang
teridri dari klausa terikat, dan diturunkan dari kalimat bersusun (serta dapat
digabungkan dengan kalimat tunggal yang mendahuluinya untuk membuat sebuah
kalimat bersusun) (Tarigan, 1984 : 20).
Misal:
Justru harga rumah itu semakin naik.
Kiranya tanah abangku kian luas di
daerah transmigrasi itu.
Bahkan imanku bertambah teguh
menjalankan perintah Allah.
3. Kalimat
Elips
Merupakan kalimat tidak sempurna yang
terjadi karena penghilangan beberapa bagian dari klausa, dan diturunkan dari
kalimat tunggal (Cook, 1984 : 21).
Misal:
Paman memasukkan kentang itu ke dalam
karung.
Lalu
membawanya ke pasar. (Subjek dihilangkan)
Apa usaha mereka kini?
Berdagang.
(Subjek
dihilangkan)
Di man ia berdagang?
Di
pasar. (Subjek dan predikan dihilangkan)
4. Kalimat
Tambahan
Adalah kalimat sempurna yang terdapat
dalam wacana sebagai tambahan pada pernyataan-pernyataan yang telah dikemukakan
(Tarigan, 1984 : 22).
Misal:
Saya akan pergi berlibur ke Danau Toba.
(pernyataan)
Bulan
depan. (kaliamat tambahan)
Ada niat mereka. (pernyataan)
Membeli
rumah. (kalimat tambahan)
Nenek akan datang. (pernyataan)
Dari
Medan. (kalimat tambahan)
5. Kalimat
Jawaban
Adalah kalimat tidak sempurna yang
bertindak sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan (Tarigan, 1984 : 22).
Pendapat lain, kalimat jawaban berarti kalimat yang menyambung suatu percakapan
dengan pergantian pembicaraan (Stryker, 1969 : 3 dan Francis, 1958 : 246).
Misal:
Siapa nama anda? (pertanyaan)
Henry
Guntur. (kalimat jawaban)
6. Kalimat
Seruan
Kalimat tambahan dan kalimat jawaban di
atas merupakan kalimat tidak sempurna tipe
kompletif (tipe penyempurnaan). Kalimat seruan dipertentangkan dengan
keduanya sebab secara sintaksis, kalimat seruan berdiri sendiri. Kalimat ini
dapat digabungkan dengan setip kalimat, jika dipakai tersendiri, dengan
intonasi akhir sendiri, maka kalimat tersebut merupakan kalimat tidak sempurna.
Kalimat ini meliputi:
a. Struktur
nonklausa
Dapat dibedakan atas:
1. Kelompok
teriakan, salam, panggilan
Panggilan, tidak mengandung struktur
klausa dan pada umumnya terbatas pada satu atau dua klausa saja. Secara
fungsional merupakan tipe kalimat seruan. Secara sintaksis berdiri sendiri.
Salam, ekspresi tetap yang digunakan secara ritual untuk menemui orang,
melalaui percakapan, atau saat perpisahan. Biasanya arti kata sebenarnya telah
berubah atau sering pula hilang sama sekali. Teriakan, biasanya pendek,
singkat, dan bersifat ekspresif, tidak mengharapkan responsi tertentu.
2. Kelompok
judul, motto, dan inskripsi
Judul, jika terdiri dari lebih dari satu
kata, maka pada umumnya menuruti struktur frase dengan pengarang termasuk sebagai
suatu agentif. Dengan membacanya, struktur tersebut diucapkan dengan intonasi
akhir tunggal. Motto, terdiri dari lebih dari satu kata yang memperihatkan
struktur frase yang teratur. Inskripsi, apabila dibatasi pada struktur frase
seperti juga halnya toast lisan,
seringkali diawali dengan buat, kepada,
keharibaan, kepangkuan, bagi, demi, yang bermakna “dipersembahkan kepada”,
dan diikuti oleh nominal.
b. Struktur
Istimewa
Penggunaan-penggunaan bahasa khusus yang
mungkin merupakan lubang-lubang perangkap bagi penganalisis yang tidak
berhati-hati.
Terdiri atas:
1. Metabahasa
Merupakan bahasa mengenai bahasa.
Misal:
Di
adalah kata depan. (di = kata nominal)
Lima
adalah kata bilangan. (lima = kata nominal)
2. Bahasa
Singkat
Biasanya dipergunakan dalam judul
berita, penulisan telegram, SMS, dan sebagainya. Strukturnya disingkat dengan
cara menghilangkan sejumlah kata tugas.
Selain metabahasa dan bahasa singkat,
terdapat juga bentuk-bentuk bahasa yang lain, yang tidak termasuk dalam
keduanya, seperti, peribahasa, pepatah-petitih.
g. Berdasrkan
posisinya dalam perakapan
1. Kalimat
Situasi
Merupakan kalimat yang memulai
percakapan. Dapat juga mengikuti panggilan, salam, atau jawaban yang berbentuk
tetap terhadap salah satu dari ketiganya itu.
Misal:
Selamat pagi!
Apa kabar!
2. Kalimat
Urutan
Adalah kalimat yang menyambung atau
meneruskan suatu pembicaraan tanpa pergantian pembicara.
Misal:
Kemarin saya pergi mengunjungi nenek. (kalimat situasi)
Beliau
kegirangan melihat saya. (kalimat urutan)
3. Kalimat
Jawaban
Merupakan kalimat yang menyambung atau
meneruskan suatu pembicaraan dengan pergantian pembicara.
h. Berdasarkan
konteks dan jawaban yang diberikan
1. Kalimat
Salam
Merupakan suatu kalimat tetap yang dipergunakan
pada pertemuan atau perpisahan, menimbulkan suatu balasan atau jawaban yang
sering merupakan ulangan dari salam tersebut.
2. Kalimat
Panggilan
Adalah kalimat pendek yang bertujuan
untuk mendapatkan perhatian dan mendapatkan jawaban yang beraneka ragam dan
umumnya berupa pertanyaan singkat.
3. Kalimat
Seruan
Ialah kalimat pendek yang biasanya
berpola tetap dengan intonasi tertentu, timbul dari beberapa kejadian yang
tidak terduga dalam konteks linguistik atau non-linguistik. Kalimat ini,
mungkin tidak menuntut jawaban sama sekali, ataupun suatu jawaban yang berupa
seruan atau penguatan ulangan.
4. Kalimat
Pertanyaan
Merupakan kalimat yang menimbulkan
jawaban linguistik selain dari jawaban-jawaban yang telah tetap bagi
kalimat-kalimat salam, panggilan, dan seruan yang telah dibahas sebelumnya.
5. Kalimat
Permohonan
Kalimat yang menuntut responsi perbuatan
selain gerakan-gerakan tangan yang biasa dilakukan untuk mengiringi dan
panggilan. Responsi perbuatan tersebut dapat pula dibarengi oleh responsi
linguistik tertentu.
Misal:
Silakan masuk... Terimakasih (dan bergerak untuk duduk)
6. Kalimat
Pernyataan
Kalimat yang menuntut responsi
linguistik atau non-linguistik yang disebut tanda perhatian.
Misal:
Bertemu dengan teman lama.... O..o
B. Klausa
Adalah kelompok kata yang hanya
mengandung satu predikat (Cook, 1971 : 65). Atau suatu bentuk linguistik yang
terdiri atas subjek dan predikat (Ramlan, 1976: 56).
Ø Klasifikasi
Klausa
a. Klausa
Bebas
Merupakan klausa yang dapat berdiri
sendiri sebagai kalimat sempurna (Cook, 1971 : 67).
Berdasarkan jenis kata predikatnya,
klausa bebas dibedakan atas:
1. Klausa
Verba, klausa yang berpredikat verba. Dan berdasarkan struktur internalnya,
klausa verbal dapat pula dibagi menjadi dua jenis yakni klausa transitif dan
klausa intransitif. Klausa transitif mengandung kata kerja yang mempunyai
kapasitas memiliki satu atau lebih objek. Klausa transitif ini dapat diperinci
menjadi semitransitif dengan objek fakultatif, transitif dengan objek wajib,
transitif dengan objek lebih dari satu (Cook, 1971 : 70). Berdasarkan sifat
hibungan aktor aksi, klausa transitif diklasifikasikan menjadi klausa aktif,
klausa pasif, klausa medial, dan klausa resiprokal. Sedangkan klausa
intransitif berarti klausa yang mengandung kata kerja yang tidak memerlukan
suatu objek.
2. Klausa
Non-verbal
Merupakan klausa yang berpredikat
nomina, ajektif, atau adverbia. Klausa ini dapat dibagi atas klausa statif dan
klausa ekuasional. Klausa statif merupakan klausa yang berpredikat adverbia
yang dapat disamakan dengan adjektif (Elson and Pickett, 1969 : 112). Dan
klausa ekuasional berarti klausa yang berpredikat nomina (Elson and Pickett,
1969 : 112).
b. Klausa
Terikat
Adalah klausa yang tidak dapat berdiri
sendiri sebagai kalimat sempurna, hanya mempunyai potensi sebagai kalimat tidak
sempurna (Cook, 1971 : 73). Berdasarkan fungsinya, dapat dibedakan atas klausa
nominal, klausa adjektival, dan klausa adverbial (Cook, 1971 : 67). Klausa
nominal adalah klausa terikat yang bertindak sebagai nomina (Cook, 1971 : 64
dan Tarigan,1984 : 46). Klausa Adjektival berarti klausa yang bertindak sebagai
adjektif (Cook, 1971 : 64). Dan klausa adverbial memiliki arti klausa yang
bertindak sebagai adverbia (Cook, 1971 : 64).
C. Frase
Merupakan satuan linguistik yang secara
potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak memiliki ciri-ciri
klausa (Cook, 1971 : 91 ; Elson and Pickett, 1969 : 50). Yang tidak melampaui
batas subjek atau predikat (Ramlan, 1976 : 50); dengan kata lain sifatnya tidak
predikatif.
Ø Klasifikasi
Frase
1. Frase
Eksosentris
Adalah frase yang tidak berhulu, tidak
berpusat (White-hall, 1956 : 9). Berdasarkan struktur internalnya, frase ini
disebut juga frase relasional (Bloch, 19668 : 165).
Berdasarkan posisi penghubung yang
mungkin trdapat di dalamnya, frase ini dibagi atas frase preposisi, frase
posposisi, dan frase preposposisi. Frase preposisi berarti frase yang
penghubungnya menduduki posisi di bagian depan. Frase preposisi berarti frase
yang penghubungnya menduduki posisi bagian belakang. Frase ini tidak terdapat
dalam bahasa Indonesia. Dan frase preposposisi memiliki arti frase yang pengubungnya
menduduki posisi di bagian depan dan di bagian belakang. Frase ini juga tidak
terdapat dalam bahasa Idonesia.
2. Frase
Endosentris
Merupakan frase yang berhulu, berpusat
(White-hall, 1956 : 9), yaitu frase yang mempunyai fungsi sama dengan hulunya.
Berdasarkan tipe strukturnya, frase ini
dapat dibagi menjadi frase beraneka hulu dan frase modifikasi (Cook, 1971: 90).
Frase beraneka hulu ialah frase yang mengandung lebih dari satu hulu.
Berdasarkan struktur internalnya, frase ini dapat dibagi atas frase koordinatif
(disebut juga frase serial) dan frase apositif. Frase koordinatif yakni frase
yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang berbeda-beda. Frase ini dapat dibagi
atas frase koordinatif nominal (gabungan dua atau lebih frase yang bertipe
nominal), frase koordinatif verbal (gabungan dua atau lebih frase yang beripe
verbal), frase koordinatif adjektival (gabungan dua atau lebih frase yang
beripe adjektif), frase koordinatif adverbial (gabungan dua atau lebih frase
yang bertipe adverbia). Frase apositif adalah frase yang hulu-hulunya mempunyai
referensi yang sama, umumnya bersifat nominal.
Dan yang diamaksud dengan frase
modifikatif adalah frase yang mengandung hanya satu hulu. Berdasar struktur
internalnya, frase ini dibagia atas frase modifikasi nominal, frase modifikasi
verbal, frase modifikasi adjektival dan frase modifikasi adverbial (Cook, 1971:
93). Frase modifikasi nominal adalah frase yang hulunya berupa nomina atau kata
benda. Frase modifikasi verba berarti frase yang hulunya berupa kata kerja.
Frase modifikasi adjektival yakni frase yang hulunya berupa adjektif atau kata
keadaan. Frase modifikasi adverbial adalah frase yang hulunya berupa kata
keterangan.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Sintaksis. Bandung:
Percetakan Angkasa
1 komentar:
Smngat!!!
Dtunggu karya slnjut'y de..:D
がんばって ください!!!
Posting Komentar