Pages

Minggu, 28 April 2013

Sintaksis


PENGAJARAN SINTAKSIS

Pengertian dari beberapa istilah:
1.      Linguistik
Merupakan seperangkat ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan cara penerapan metode-metode ilmiah terhadap fenomena-fenomena bahasa (Hughes, 1968 : 11).

A Posteriori
Metode berfikir yang menjadi pijakan berfikir dari suatu ilmu pengetahuan.
Metode ilmiahnya beroperasi atau bekerja melalui langkah-langkah berukut:
a.       Mengumpulkan data.
b.      Mengklasifikasi data.
c.       Membentuk hipotesis-hipotesis.
d.      Memeriksa dan menguji kebenaran hipotesis-hipotesis dengan bantuan data baru.
e.       Menetapkan prinsip-prinsip ilmiah baru yang konsekuen (Hughes, 1968 : 12).

Apriori
Metode yang berkebalikan dengan a posteriori.

2.      Linguis (a scientific linguist, a linguistic scientist, atau a linguistician)
Adalah seorang spesialis dalam linguistik, suatu studi sistematis atau telaah bersistem mengenai struktur dan fungsi bahasa.

3.      Tata Bahasa
Secara umum, linguistik (linguistik deskriptif) dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a.       Fonologi (phonology) yang meneliti fonem-fonem dari urutan-urutan.
b.      Tata bahasa (grammar) yang menggarap masalah-masalah morfem serta penggabungan-penggabungannya, mencakup  morfologi dan sintaksis (Gleason, 1970 : 11).

4.      Sintaksis
Adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabungkan kata menjadi kalimat (Stryker, 1969 : 21). Pendapat lain mengatakan bahwa sintaksis merupakan analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas (Bloch and Tiger, 1942 : 71). Ada pula yang mengatakan bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frase dan kalimat, itulah sintaksis (Ramlan,1976 : 57).
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa yang menelaah struktur-struktur kalimat, klausa dan frase.



A.    Kalimat
Satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang tediri dari klausa (Cook, 1971 : 39-40).
Ø  Ciri utama kalimat:
a.       Satuan bahasa.
b.      Secara relatif dapat berdiri sendiri.
c.       Mempunyai pola intonasi akhir.
d.      Terdiri dari klausa.

Ø  Klasifikasi Kalimat
a.       Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat pada dasar
1.      Kalimat Tunggal
Merupakan kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas tanpa klausa terikat (Cook, 1971 : 38; Elson Pickett, 1969 : 123)
Misal:
Saya makan.
Nenek makan sirih.
Anak itu menangis.
2.      Kalimat Bersusun
Adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa  terikat (Cook, 1971 : 38).
Misal:
Saya bangun sebelum ayam berkokok.
Ibu senang kalau saya membawa oleh-oleh.
Kami gembira sebab ibu telah sembuh.
3.      Kalimat Majemuk
Adalah kalimat yang terdiri dari beberapa klausa bebas.
Misal:
Dibukanya bajunya, lalu berjalanlah dia di sawah.
Ayah mendengarkan siaran berita, saya menyelesaikan pekerjaan rumah, dan adik-adik bermain-main di halaman.
b.      Berdasarkan struktur internal klausa utama
1.      Kalimat Sempurna
Ialah kalimat yang dasarnya terdiri atas sebuah klausa bebas (Cook,1971 : 47). Kalimat ini mencakup kalimat tunggal, kalimat bersusun, dan kalimat majemuk.
Misal:
Adik menyusu.
Ayah membaca koran.
Setelah dia kawin, saya melanjutkan kuliah ke Bandung.
Anaknya dua orang, anak saya enam orang.
2.      Kalimat Tak Sempurna
Merupakan kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah klausa terikat atau sama sekali tidak mengandung unsur klausa (Cook, 1971 : 47).
Misal:
“Mau kemana kami nanti sore?”
“Ke Bandung.”
“Dengan siapa?”
“Teman.”
c.       Berdasarkan jenis responsi yang diharapkan
1.      Kalimat Pernyataan
Merupakan kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa mengharapkan respon tertentu (Cook, 1971 : 38;39).
Misal:
Udara dingin.
Adik saya tiga orang.
Anak saya yang tertua kuliah di Jakarta.
2.      Kalimat Pertanyaan
Adalah kalimat  yang dibentuk untuk memancing reponsi berupa jawaban (Cook, 1971 : 38 dan 49).
Misal:
Mengapa kamu diam saja?
Mahalkah harga sayur-mayur di sini?
Bolehkah saya ikut bersama kamu ke Danau Toba?
3.      Kalimat Perintah
Merupakan kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi berupa tindakan atau perbuatan (Cook, 1971; 38 dan 49).
Misal:
Makan obat itu, Nur!
Berangkat!
Mari, bakar sampah itu!
d.      Berdasrkan sifat hubungan aktor-aksi
1.      Kalimat Aktif
Adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau aktor (Cook, 1971 : 49)
Misal:
Saya membaca koran.
Kamu menyapu halaman.
Air sungai menggenangi daerah itu.
2.      Kalimat Pasif
Ialah kalimat yang subjekya berperan sebagai penderita (Cook, 1971 :49).
Misal:
Kue itu dimakan oleh kakak.
Kakinya digigit ular.
Rahasia mereka diketahui oleh polisi.


3.      Kalimat Medial
Merupakan kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku maupun sebagi penderita (Cook, 1971 : 49)
Misal:
Aku menyesali nasibku.
Dia menghibur dirinya.
Saya memotong rambut saya senidiri.
4.      Kalimat Resiprokal
Adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan perbuatan yang berbalas-balasan (Cook, 1971 : 49).
Misal:
Kita harus tolong-menolong dengan tetangga kita.
Si Jali baku tampar dengan si Rati.
Anak-anak sedang berkejar-kejaran di halaman.
e.       Berdasarkan ada atau tidaknya unsur negatif pada frase verbal utamanya
1.      Kalimat Afirmatif (kalimat pengesahan)
Ialah kalimat yang pada frase verbal utamanya tidak terdapat unsur negatif atau unsur penyangkalan  (Cook, 1971 : 49).
Misal:
Dia membaca buku.
Murid-murid menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Orang kampung membuat jembatan baru.
2.      Kalimat Negatif (kalimat penyangkalan)
Merupakan kalimat yang pada frase verbal utamanya terdapat unsur negatif atau unsur penyangkalan  (Cook, 1971 : 49).
Misal:
Dia tidak membaca buku.
Pak Hamid tidak menjual buah-buahan.
Pramuka tidak merusak lingkunagn hidup.
f.       Berdasarkan kesederhanaan dan kelengkapan dasar
1.      Kalimat Formata
Disebut juga kalimat-tersusun-rapi, adalah kalimat tunggal dan sempurna, yang terdiri dari satu dan hanya klausa bebas-suatu klausa yang menurut kriteria formal dapat berdiri sendiri dalam bahasa tertentu, sebagai suatu kalimat sempurna (a major sentence). Rangkaian kalimat ini mengandung inti sebagai suatu anak perangkat (sublet). Kalimat inti (kernel sentence) adalah kalimat yang sekaligus memnuhi lima ciri, yakni:
1.      Tunggal (simple).
2.      Sempurna (complete).
3.      Pernyataan (statement; declarative).
4.      Aktif (active).
5.      Afirmatif (affirmative).
Kalimat yang tidak memenuhi kelima ciri tersebut dinamakan kalimat turunan (derived sentence).

Kalimat Inti
Kalimat Turunan
Tunggal
Bersusun, Majemuk
Sempurna
Tak Sempurna, Elips
Pernyataan
Pernyataan, Perintah
Aktif
Medial, Pasif
Afirmatif
Negatif

Misal:
Saya membaca puisi.
Pak Lurah menjelaskan tugas warga desa.
Orang itu memikul kayu api.
2.      Kalimat Trasformata
Adalah kalimat lengkap, tetapi bukan kalimat tunggal. Mencakup kalimat bersusun dan kalimat majemuk. Kalimat-kalimat tersebut merupakan kalimat lengkap kerena terdiri sekurang-kurangnya dari satu klausa bebas, tetapi bukan merupakan bagian dari kalimat inti sebab bukan kalimat tunggal.

Kalimat transformata dapat diturunkan dari kalimat-kalimat tunggal dengan penerapan proses perangkaian dan penggabungan (Cook, 1971 : 48-49).
Misal:
Ayah membeli mobil, lantas ia menyewakannya kepada orang lain.
Saya mengambil roti, lalu saya memberikannya kepada anak itu.
Kalau saya lulus ujian tentulah orang tua saya sangat gembira.
3.      Kaliamat Deformata
Merupakan kalimat tunggal yang tidak sempurna dan tidak lengkap. Meliputi struktur-struktur klausa terikat maupun struktur-struktur nonklausa yang terjadi dalam suatu bahasa sebagai kalimat-kalimat tipe minor.

Apabila struktur klausa itu partial, maka kalimat deformta ini dapat diturunkan dari kalimat-kalimat tunggal dan sempurna dengan proses pengguguran (delection) (Cook, 1971 : 45).
Jenis kalimat yang termasuk dalam kalimat deformata, yaitu:
1.      Kalimat Urutan
Merupakan kalimat sempurna yang mengandung konjungsi (yang menyatakan bahwa kalimat itu merupakan bagian dari kalimat lain) seperti maka, jadi, tetapi, sedangkan, namun dan sebagainya (Tarigan, 1984 : 19).

Misal:
Jadi, ayah tidak mau lagi bertemu dengan dia.
Walaupun begitu kelakuannya tetap tidak berubah.
Sesudahnya saya tidak ingin lagi bergaul dengan mereka.
2.      Kalimat Sampingan
Ialah kalimat tidak sempurna yang teridri dari klausa terikat, dan diturunkan dari kalimat bersusun (serta dapat digabungkan dengan kalimat tunggal yang mendahuluinya untuk membuat sebuah kalimat bersusun) (Tarigan, 1984 : 20).
Misal:
Justru harga rumah itu semakin naik.
Kiranya tanah abangku kian luas di daerah transmigrasi itu.
Bahkan imanku bertambah teguh menjalankan perintah Allah.
3.      Kalimat Elips
Merupakan kalimat tidak sempurna yang terjadi karena penghilangan beberapa bagian dari klausa, dan diturunkan dari kalimat tunggal (Cook, 1984 : 21).
Misal:
Paman memasukkan kentang itu ke dalam karung.
Lalu membawanya ke pasar. (Subjek dihilangkan)
Apa usaha mereka kini?
Berdagang. (Subjek dihilangkan)
Di man ia berdagang?
Di pasar. (Subjek dan predikan dihilangkan)
4.      Kalimat Tambahan
Adalah kalimat sempurna yang terdapat dalam wacana sebagai tambahan pada pernyataan-pernyataan yang telah dikemukakan (Tarigan, 1984 : 22).
Misal:
Saya akan pergi berlibur ke Danau Toba. (pernyataan)
Bulan depan. (kaliamat tambahan)
Ada niat mereka. (pernyataan)
Membeli rumah. (kalimat tambahan)
Nenek akan datang. (pernyataan)
Dari Medan. (kalimat tambahan)
5.      Kalimat Jawaban
Adalah kalimat tidak sempurna yang bertindak sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan (Tarigan, 1984 : 22). Pendapat lain, kalimat jawaban berarti kalimat yang menyambung suatu percakapan dengan pergantian pembicaraan (Stryker, 1969 : 3 dan Francis, 1958 : 246).
Misal:
Siapa nama anda? (pertanyaan)
Henry Guntur. (kalimat jawaban)
6.      Kalimat Seruan
Kalimat tambahan dan kalimat jawaban di atas merupakan kalimat tidak sempurna tipe kompletif (tipe penyempurnaan). Kalimat seruan dipertentangkan dengan keduanya sebab secara sintaksis, kalimat seruan berdiri sendiri. Kalimat ini dapat digabungkan dengan setip kalimat, jika dipakai tersendiri, dengan intonasi akhir sendiri, maka kalimat tersebut merupakan kalimat tidak sempurna.
Kalimat ini meliputi:
a.       Struktur nonklausa
Dapat dibedakan atas:
1.      Kelompok teriakan, salam, panggilan
Panggilan, tidak mengandung struktur klausa dan pada umumnya terbatas pada satu atau dua klausa saja. Secara fungsional merupakan tipe kalimat seruan. Secara sintaksis berdiri sendiri. Salam, ekspresi tetap yang digunakan secara ritual untuk menemui orang, melalaui percakapan, atau saat perpisahan. Biasanya arti kata sebenarnya telah berubah atau sering pula hilang sama sekali. Teriakan, biasanya pendek, singkat, dan bersifat ekspresif, tidak mengharapkan responsi tertentu.
2.      Kelompok judul, motto, dan inskripsi
Judul, jika terdiri dari lebih dari satu kata, maka pada umumnya menuruti struktur frase dengan pengarang termasuk sebagai suatu agentif. Dengan membacanya, struktur tersebut diucapkan dengan intonasi akhir tunggal. Motto, terdiri dari lebih dari satu kata yang memperihatkan struktur frase yang teratur. Inskripsi, apabila dibatasi pada struktur frase seperti juga halnya toast lisan, seringkali diawali dengan buat, kepada, keharibaan, kepangkuan, bagi, demi, yang bermakna “dipersembahkan kepada”, dan diikuti oleh nominal.
b.      Struktur Istimewa
Penggunaan-penggunaan bahasa khusus yang mungkin merupakan lubang-lubang perangkap bagi penganalisis yang tidak berhati-hati.
Terdiri atas:
1.      Metabahasa
Merupakan bahasa mengenai bahasa.
Misal:
Di adalah kata depan. (di = kata nominal)
Lima adalah kata bilangan. (lima = kata nominal)



2.      Bahasa Singkat
Biasanya dipergunakan dalam judul berita, penulisan telegram, SMS, dan sebagainya. Strukturnya disingkat dengan cara menghilangkan sejumlah kata tugas.

Selain metabahasa dan bahasa singkat, terdapat juga bentuk-bentuk bahasa yang lain, yang tidak termasuk dalam keduanya, seperti, peribahasa, pepatah-petitih.
g.      Berdasrkan posisinya dalam perakapan
1.      Kalimat Situasi
Merupakan kalimat yang memulai percakapan. Dapat juga mengikuti panggilan, salam, atau jawaban yang berbentuk tetap terhadap salah satu dari ketiganya itu.
Misal:
Selamat pagi!
Apa kabar!
2.      Kalimat Urutan
Adalah kalimat yang menyambung atau meneruskan suatu pembicaraan tanpa pergantian pembicara.
Misal:
Kemarin saya pergi mengunjungi nenek. (kalimat situasi)
Beliau kegirangan melihat saya. (kalimat urutan)
3.      Kalimat Jawaban
Merupakan kalimat yang menyambung atau meneruskan suatu pembicaraan dengan pergantian pembicara.
h.      Berdasarkan konteks dan jawaban yang diberikan
1.      Kalimat Salam
Merupakan suatu kalimat tetap yang dipergunakan pada pertemuan atau perpisahan, menimbulkan suatu balasan atau jawaban yang sering merupakan ulangan dari salam tersebut.
2.      Kalimat Panggilan
Adalah kalimat pendek yang bertujuan untuk mendapatkan perhatian dan mendapatkan jawaban yang beraneka ragam dan umumnya berupa pertanyaan singkat.
3.      Kalimat Seruan
Ialah kalimat pendek yang biasanya berpola tetap dengan intonasi tertentu, timbul dari beberapa kejadian yang tidak terduga dalam konteks linguistik atau non-linguistik. Kalimat ini, mungkin tidak menuntut jawaban sama sekali, ataupun suatu jawaban yang berupa seruan atau penguatan ulangan.
4.      Kalimat Pertanyaan
Merupakan kalimat yang menimbulkan jawaban linguistik selain dari jawaban-jawaban yang telah tetap bagi kalimat-kalimat salam, panggilan, dan seruan yang telah dibahas sebelumnya.
5.      Kalimat Permohonan
Kalimat yang menuntut responsi perbuatan selain gerakan-gerakan tangan yang biasa dilakukan untuk mengiringi dan panggilan. Responsi perbuatan tersebut dapat pula dibarengi oleh responsi linguistik tertentu.
Misal:
Silakan masuk...                      Terimakasih (dan bergerak untuk duduk)
6.      Kalimat Pernyataan
Kalimat yang menuntut responsi linguistik atau non-linguistik yang disebut tanda perhatian.
Misal:
Bertemu dengan teman lama....          O..o
B.     Klausa
Adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat (Cook, 1971 : 65). Atau suatu bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat (Ramlan, 1976: 56).
Ø  Klasifikasi Klausa
a.       Klausa Bebas
Merupakan klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna (Cook, 1971 : 67).
Berdasarkan jenis kata predikatnya, klausa bebas dibedakan atas:
1.      Klausa Verba, klausa yang berpredikat verba. Dan berdasarkan struktur internalnya, klausa verbal dapat pula dibagi menjadi dua jenis yakni klausa transitif dan klausa intransitif. Klausa transitif mengandung kata kerja yang mempunyai kapasitas memiliki satu atau lebih objek. Klausa transitif ini dapat diperinci menjadi semitransitif dengan objek fakultatif, transitif dengan objek wajib, transitif dengan objek lebih dari satu (Cook, 1971 : 70). Berdasarkan sifat hibungan aktor aksi, klausa transitif diklasifikasikan menjadi klausa aktif, klausa pasif, klausa medial, dan klausa resiprokal. Sedangkan klausa intransitif berarti klausa yang mengandung kata kerja yang tidak memerlukan suatu objek.
2.      Klausa Non-verbal
Merupakan klausa yang berpredikat nomina, ajektif, atau adverbia. Klausa ini dapat dibagi atas klausa statif dan klausa ekuasional. Klausa statif merupakan klausa yang berpredikat adverbia yang dapat disamakan dengan adjektif (Elson and Pickett, 1969 : 112). Dan klausa ekuasional berarti klausa yang berpredikat nomina (Elson and Pickett, 1969 : 112).
b.      Klausa Terikat
Adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, hanya mempunyai potensi sebagai kalimat tidak sempurna (Cook, 1971 : 73). Berdasarkan fungsinya, dapat dibedakan atas klausa nominal, klausa adjektival, dan klausa adverbial (Cook, 1971 : 67). Klausa nominal adalah klausa terikat yang bertindak sebagai nomina (Cook, 1971 : 64 dan Tarigan,1984 : 46). Klausa Adjektival berarti klausa yang bertindak sebagai adjektif (Cook, 1971 : 64). Dan klausa adverbial memiliki arti klausa yang bertindak sebagai adverbia (Cook, 1971 : 64).
C.     Frase
Merupakan satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak memiliki ciri-ciri klausa (Cook, 1971 : 91 ; Elson and Pickett, 1969 : 50). Yang tidak melampaui batas subjek atau predikat (Ramlan, 1976 : 50); dengan kata lain sifatnya tidak predikatif.
Ø  Klasifikasi Frase
1.      Frase Eksosentris
Adalah frase yang tidak berhulu, tidak berpusat (White-hall, 1956 : 9). Berdasarkan struktur internalnya, frase ini disebut juga frase relasional (Bloch, 19668 : 165).
Berdasarkan posisi penghubung yang mungkin trdapat di dalamnya, frase ini dibagi atas frase preposisi, frase posposisi, dan frase preposposisi. Frase preposisi berarti frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan. Frase preposisi berarti frase yang penghubungnya menduduki posisi bagian belakang. Frase ini tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Dan frase preposposisi memiliki arti frase yang pengubungnya menduduki posisi di bagian depan dan di bagian belakang. Frase ini juga tidak terdapat dalam bahasa Idonesia.
2.      Frase Endosentris
Merupakan frase yang berhulu, berpusat (White-hall, 1956 : 9), yaitu frase yang mempunyai fungsi sama dengan hulunya.
Berdasarkan tipe strukturnya, frase ini dapat dibagi menjadi frase beraneka hulu dan frase modifikasi (Cook, 1971: 90). Frase beraneka hulu ialah frase yang mengandung lebih dari satu hulu. Berdasarkan struktur internalnya, frase ini dapat dibagi atas frase koordinatif (disebut juga frase serial) dan frase apositif. Frase koordinatif yakni frase yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang berbeda-beda. Frase ini dapat dibagi atas frase koordinatif nominal (gabungan dua atau lebih frase yang bertipe nominal), frase koordinatif verbal (gabungan dua atau lebih frase yang beripe verbal), frase koordinatif adjektival (gabungan dua atau lebih frase yang beripe adjektif), frase koordinatif adverbial (gabungan dua atau lebih frase yang bertipe adverbia). Frase apositif adalah frase yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang sama, umumnya bersifat nominal.
Dan yang diamaksud dengan frase modifikatif adalah frase yang mengandung hanya satu hulu. Berdasar struktur internalnya, frase ini dibagia atas frase modifikasi nominal, frase modifikasi verbal, frase modifikasi adjektival dan frase modifikasi adverbial (Cook, 1971: 93). Frase modifikasi nominal adalah frase yang hulunya berupa nomina atau kata benda. Frase modifikasi verba berarti frase yang hulunya berupa kata kerja. Frase modifikasi adjektival yakni frase yang hulunya berupa adjektif atau kata keadaan. Frase modifikasi adverbial adalah frase yang hulunya berupa kata keterangan.


Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Percetakan Angkasa













1 komentar:

Unknown mengatakan...

Smngat!!!

Dtunggu karya slnjut'y de..:D

がんばって ください!!!